Gery memiliki istri dan 2 orang anak, mereka selalu menghabiskan
weekend dengan berbagai kegiatan yang membuat mereka sangat mencintai keluarga
mereka. Setiap pagi, istrinya selalu membuatkan sarapan untuknya dan anak-anaknya.
Gery selalu mengantarkan anak-anaknya kesekolah sebelum dia bekerja. Sorenya
mereka pulang kerumah dan kembali menghabiskan waktu bersama keluarga. Mereka
adalah keluarga yang sangat harmonis.
Hingga suatu
hari, Gery ditangkap saat berjalan-jalan bersama keluarganya. Gery dituduh
memperkosa seorang perempuan yang sama sekali Gery tidak mengenalinya. Perempuan
tersebut ingat betul ciri-ciri pelaku yang memperkosanya dan ciri-ciri tersebut
sangat sesuai dengan Gery.
Gery sangat
membantah hal tersebut, namun bantahannya tidak diterima oleh hakim sehingga
dia dipenjara untuk 10 tahun. Saat itu istri dan anak-anaknya meninggalkannya,
Gery mendapatkan ketidakpercayaan dari keluarganya, Gery kehilangan
pekerjaannya, dan Gery kehilangan seluruh orang-orang yang dicintainya.
Selang 10
tahun kemudian, Gery dibebaskan. Pembebasan Gery bukan karena telah habis masa
hukumannya, akan tetapi polisi telah menangkap pelaku sebenarnya. Gery
dibebaskan karena salah tangkap.
Gery sangat
senang bisa keluar dari penjara, namun juga Gery sangat sedih, depresi
ditinggalkan keluarga tercintanya, kehilangan pekerjaannya dan tak tahu harus
kemana.
Pernah
mendengar hal semacam itu? Pernah mendengar berita tentang polisi yang salah
tangkap? Seperti pemberitaan Daftar 5 kasus salah tangkap paling tragis.
Salah satu
penyebab terjadinya salah tangkap adalah kesalahan dalam menyampaikan
informasi. Dalam kasus diatas korban mengadu pemerkosaan tersebut dengan
ekspresi yang meyakinkan, suara yang pasti, dan penuh detail sehingga
menyebabkan polisi dengan segera menangkap Gery.
Lalu mengapa bisa
terjadi salah tangkap?
Kasus
tersebut merupakan salah satu kasus yang disebabkan kesalahan dalam mengingat.
Dalam kehidupan sehari-hari, kesalahan dalam mengingat sering terjadi disekitar
kita. Pernah mendengar atau mengucapkan “Kalo
ga salah”?
Sumber gambar: http://blog.rbutr.com/wp-content/uploads/2014/06/misinformation-everywhere.jpg |
Itu adalah
salah satu informasi yang tidak meyakinkan dan memiliki kemungkinan besar
informasi tersebut tidak sesuai dengan moment yang sebenarnya terjadi.
Banyak orang
yang menyampaikan informasi begitu meyakinkan, penuh ekspresi dan sangat detail
namun bukan berarti apa yang disampaikannya itu telah benar-benar terjadi.
Dibawah ini
pengalaman saya berkaitan dengan kesalahan dalam mengingat.
Saat itu
saya membuat gelang yang terbuat dari kain. Saya menunjukkan kepada nenek saya
dan kemudian beliau memberikan saran-saran kepada saya. Suatu hari, saya pergi
bersama nenek kerumah bibi, nenek bercerita tentang gelang tersebut kepada bibi
saya. Namun dalam ceritanya, beliau menyebutnya “arloji”. Kemudian saya
meluruskan bahwa saya membuat gelang.
Selain menunjukkan gelang
kepada nenek, saya juga menunjukan kepada paman saya. Beliau berkunjung kerumah
saya, seperti orang-orang yang pernah saya tunjukan gelang tersebut beliau
memberikan beberapa saran dan setelah itu pulang. Beberapa minggu kemudia beliau
berkunjung lagi dan tidak seperti nenek saya yang menyebut gelang saya “arloji”,
paman saya menyebutnya “sarung”.
Dari dua
pengalaman penulis diatas, hal tersebut menunjukan kesalahan dalam mengingat
gelang yang saya buat. Perlu pembaca ketahui, gelang yang saya buat adalah
gelang yang terbuat dari kain bemotif dan dapat difungsikan sebagai kantong.
Bagaimana
hal tersebut dapat terjadi?
Nenek saya
mengatakan arloji besar kemungkinan karena sama-sama digunakan ditangan. Sedangkan
paman saya menagatakan sarung (mungkin yang dimaksudnya sarung tangan) karena
motif yang saya gunakan saat itu kurang lebih seperi sarung dan jika yang
dimaksud paman saya adalah sarung tangan, berarti ada tambahan kesamaan yaitu
sama-sama digunakan ditangan.
Dalam
lingkup pendidikan biasanya ini terjadi saat mengerjakan ulangan yang berkaitan
dengan proses menghafal. Seperti mengerjakan pilihan ganda soal sejarah,
biologi, sosiologi, pkn, dan ilmu-ilmu lainnya. “Ih, yang A atau yang C ya..
perasaan mah yang C”.
Dr.
Elizabeth Loftus mengatakan memori tidak belaku seperti video atau foto yang
dapat dimunculkan kapanpun dengan jelas, namun memori sangat rentan terhadap
informasi baru yang menyebabkan informasi tersebut tidak semurni saat dia
menerima informasi.
Seiring
berjalannya waktu, maka informasi yang telah kita terima dapat berubah. Ingatan
seperti puzzle, jika ada bagian yang kosong dapat diisi dengan informasi yang
baru. Sehingga kemurnian informasi tersebut berkurang.
Orang yang
jujur belum tentu mengatakan hal yang sesuai dengan kejadian sebenarnya
walaupun dia sangat yakin akan kebenaran informasi yang disampaikan. Apalagi
yang berbohong, dan yang suka memfitnah? Dari lidah kita semua bereaksi dan
perlu lebih dari 1 orang untuk memberikan saksi.
Penulis
sangat bersyukur jika hal ini dirasa bermanfaat, sebarkan kepada orang-orang
yang kamu cintai untuk memahami hidup yang lebih baik. :)
Opini
terkait dengan “Kita Saat Mengingat”
Dan cari
tahu opini bermanfaat lainnya disini.
Referensi:
Loftus,
Eizabeth. 2013. ”Elizabeth Loftus: The
fiction of memory”. https://www.ted.com/talks/elizabeth_loftus_the_fiction_of_memory#