5 judgement
yang biasa dilakukan banyak orang.
Sumber gambar :http://assets-a2.kompasiana.com |
Kita
sering mendengar orang mengatakan “pasti”, ”tidak akan pernah”, “coba aja kalo”,
dll. Apakah ini baik? Dan beberapa respon yang diterima untuk orang yang
mengatakan seperti itu biasanya “sok tau”, “tau apa sih”, “nggk semuanya gitu
kali”, “ya belum tentu juga” dan tak jarang ekspresi contempt yang
merupakan ekspresi terburuk dalam interaksi dimunculkan secara tak sadar olehpendengar. Selain contempt, respon negatif lainnya dapat muncul seperti devensiveness,
contempt, threats dan anger.
Jika respon yang diterima buruk, bisa jadi karena
penyampaian maksud kita salah. Salah satu kebiasaan tak sadar kita untuk
menyampaikan pendapat kita adalah men-judgement. Judgement (penilaian) adalah ucapan yang bersifat
labeling. Ini seperti kita melabelkan kemasan produk snack rasa rumput
laut yang sebenarnya rasa keju. Bagaimana mungkin pembeli tidak protes? Kecuali
dia pemalu, penyabar dan beberapa
pengecualian lainnya.
Solita Sarwono mengkategorikan judgement kedalam 5
kategori, berikut yang sering kita dengar di kehidupan sehari-hari:
1. Assuming inflexibility
“kamu tidak akan pernah bisa menyelesaikan tugas itu, kalo
tidak memakai sepatu kulit”
“Pasti orang lain juga bakalan nyontek buat ngerjain itu”
“Pasti sore nanti hujan, soalnya sekarang panas banget”
Kata kuncinya adalah “pasti”, “Tidak akan pernah”,dan “nggk mungkin”. Seolah – olah dia meramalkan
hal yang pasti terjadi. Kata “pasti” tepat digunakan, seperti “benda yang
dilempar keatas pasti akan jatuh karena gravitasi”, “kiamat pasti akan datang”
dll.
2. Blame Placing
“Kenapa kamu malah milih yang kuning? Coba aja kalo kamu milih
yang biru, pasti pelanggan kita makin banyak”
“Coba aja kamu bisa kerja ditempat itu, kayanya bakalan
bahagia hidup kita”
“Kalo aja kamu nggk milih2 pekerjaan, sekarang kita bisa
belanja untuk keperluan rumah tangga kita”
Kata kuncinya adalah “coba aja kalo”, dan “kalo aja kamu”. Seolah
– olah dia meramalkan hal yang pasti terjadi jika melakukan hal tersebut.
3. Dichotomizing
“Zaman sekarang mah kalo nggk curang tuh
nggk bakalan sukses, yang ada malah mati kelaparan. Sok mending kelaparan atau
sukses?”
“Udah… pake aja baju yang ini biar keterima
kerja, sok mending nganggur atau kerja?”
“kalau kita nambahin borak di dagangan
kita, dagangan kita lebih awet dan nggk rugi. Siapasih didunia ini yang mau
rugi?? Nggk adakan??”
Tidak berkompromi terhadap pilihan, mereka memberi pilihan
yang memaksa pendengar untuk memilih apa yang diinginkan oleh penyampai pesan.
paksaan memberikan tekanan, semakin dipaksa maka semakin tertekan. sebaiknya
tidak memberikan pilihan melainkan meminta pendapat seperti “Bagaimana?”
4. Punctuating
“kamu sihh..”
“Lohh kan kamu juga yang..”
“gara- gara kamu kali..”
Penilaian yang dilempar seseorang, kemudian
dilempar balik. Hal tersebut sudah terjadi, jadikan masa itu pelajaran untuk dimasa depan. Sampaikan pelajaran itu
untuk suasana yang mendekati sama atau sama.
5. Failure to test assumption
Ayah :
”mau jadi apa kamu kalo masuk kelas seni lukis? Nggk bakalan sukses, siapa coba
orang kita yang bisa sukses lewat lukis?”
Restu :
”ih buktinya temennya mamah itu bisa sampe keluar negeri?”
Ayah : “emang siapa?”
Ayah : “emang siapa?”
Restu :
“itu yang rumahnya di kecamatan sebelah, yang deket pantai. Beliaukan orang
kita juga pah”
Papah :
“udah pokoknya jangan sampe kelas lukis, mending kelas pemasaran atau ekonomi.”
Assumsi yang terbukti salah, sulit mengalah
dan keras kepala. Sebaiknya meyakini bahwa setiap orang memilki kemampuan yang
berbeda. Howard Gardner mengelompokkan kedalam 7 kecerdasan manusia secara
umum. Dan dengan mengetahui dominan kecerdasaan seseorang, maka perencanaa hidup akan lebih mudah.
Dengan mengetahui ini, semoga
kita lebih sadar terhadap pesan yang disampaikan orang lain. Penulis sangat
bersyukur jika post ini bermanfaat. Jika dirasa bermanfaat dan menarik,
sebarkan kepada orang-orang yang kamu cintai untuk terus belajar memahami hidup
lebih baik.
Terimakasih :)
Opini terkait dengan "5 Judgement yang Biasa Didengar".
>>Penyampaian Wajah Saat Merendahkan Orang Lain
Tingkatkan kualitas hidupmu dengan mengetahui opini lainnya disini
Referensi
:
Communication
Quotient book
No comments:
Post a Comment