Sumber gambar: http://ethicsunwrapped.utexas.edu |
Bayangkan sebuah koin yang dilempar, terjatuh lalu ditutup. Angka atau gambar yang muncul? Apa yang anda pilih? Dan bagaimana kalau kita bertaruh? jika “angka” yang keluar saya mendapatkan Rp. 10.000 dari anda, namun jika “gambar” yang keluar anda mendapatkan Rp. 10.000. Mau bermain?
Jika seperti itu, banyak orang yang menolak untuk bermain. mengapa kita mengikuti permaianan yang memiliki kemungkinan sama untuk kehilangan Rp. 10.000 dan untuk mendapatkan Rp. 10.000?
Namun bagaimana kalau anda mendapatkan 3X lipat jika anda menang dan kalau anda kalah, anda tetap membayar Rp. 10.000. Mau bermain?
Maka beberapa orang mulai setuju untuk bermain. Bayangkan, kita hanya mengorbankan Rp. 10.000 lalu suatu saat kita akan mendapati Rp. 30.000. kita bisa kehilangan Rp. 10.000 1 sampai 2 kali dan akan mendapatkan Rp.30.000 nantinya. Kalau yang ketiga menang, ini seperti mendapatkan Rp.10.000 sehingga kita memiliki uang Rp. 20.000. Ya, kurang lebih inilah pendapat mereka.
Namun apa jadinya jika yang mereka kalah 3x berturut-turut? Dan kemudian mereka kehilangan Rp.30.000. Jika orang tersebut pendendam mungkin dia akan kembali bermain untuk membayar kerugian, dan beberapa orang yang lain mungkin menyesal karena kehilangan Rp. 30.000 secara cuma-cuma. Pikir mereka, duit tersebut bisa untuk membeli makan, membeli pulsa atau quota internet dan sebagainya. Sehingga lebih bermanfaat. Mengapa demikian?
Beberapa orang melihat nominal sebagai penentu keputusan mereka, padahal dari kasus diatas mereka memiliki kemungkinan yang sama yaitu 50:50. Berapapun jumlah nominal yang mereka akan peroleh, faktanya mereka memilki kemungkinan yang sama untuk kehilangan “Rp. 10.000”.
Cobalah untuk tidak melihat bayaran yang akan kita dapat jika menang. ini seperti antara menyerahkan Rp. 10.000 secara cuma-cuma atau uang “Rp. 10.000” tersebut selamat.
Daniel Kahneman menyebutnya sebagai Loss Aversion yaitu kecenderungan manusia untuk melihat rewardnya terlebih dahulu dibandingkan persentasi kemungkinan yang terjadi. Mereka melupakan bagian yang mereka tidak suka untuk mendapatkan hal yang mereka suka. Mereka lupa untuk mempertimbangkan kemungkinan yang terjadi. Dan kecenderungan ini dimanfaatkan secara sadar maupun tidak sadar oleh penyedia layanan judi.
Kasus diatas hanya menggunakan persentase kemungkinan 50:50. Bagaimana dengan mesin judi lainnya yang persentase menangnya lebih kecil seperti slot machine? Mengapa mereka tertarik?
Karena banyak mesin tersebut yang di setting untuk memberikan rasa “hampir menang” kepada penggunananya. Slot machine yang biasa kita kenal dengan mesin “777” jackpot atau mesin buah, biasanya mesin tersebut akan menampilkan 2 slot yang sama diantara 3 slot sehingga pengguna akan merasa “wahh dikit lagii, dikit lagi saya menang!!”. Atau mesin tersebut akan memberikan kemenangan-kemenangan kecil kemudian kita lebih tertarik untuk main, dan setelah beberapa lama kita kehabisan koin karena sering kalah.
Selain itu testimoni pemenang yang mendapatkan "jackpot" membuat orang yang melihatnya termotivasi untuk mengikuti pemenang tersebut. Karena ekspresi bahagia yang dimunculkan dan emosi yang dipancarkan oleh pemenang mempengaruhi otak kita, disinilah mirror neuron berperan. efek ini sama dengan kita tertawa bersama teman-teman padahal kita tidak tau apa yang ditertawakan. (kan rada okee...)
Loss Aversion atau “lupa sama yang nggk enaknya” terjadi karena dopamine system dalam otak manusia bekerja. Menurut Kent Berridge, dopamine system bekerja seperti “saya menginginkanmu” (dopamine) tidak seperti “saya menyukaimu” (opoid), “saya menginginkan judi karena bisa dapat lebih”.
Oleh karena itulah, judi sangat dilarang. Banyak orang yang melihat “nominalnya” terlebih dahulu kemudian “kemungkinannya” yang terjadi. Secara sadar maupun tak sadar mungkin sayapun pernah mengalaminya (hmm.. bukan dalam hal berjudi). Dan saya besyukur karena lingkungan saya tidak mengindahkan judi, oleh karena itulah lingkungan dimana kita berada memberikan efek penyesuaian (The Asch Confirmity experiment).
Hal ini tidak hanya berlaku untuk ranah perjudian, bisa jadi pekerjaan, atau pilihan yang dihadapkan sehari-hari. Penulis sangat bersyukur jika post ini bermanfaat. Jika dirasa bermanfaat dan menarik, sebarkan kepada orang-orang yang kamu cintai untuk terus belajar memahami hidup lebih baik.
Terimakasih :)
Opini terkait dengan "Bagaimana Judi Bekerja Terhadap Manusia?"
>> Logika Susah Nurut
Tingkatkan kualitas hidupmu dengan mengetahui opini lainnya disini.
Referensi:
Duhigg, Charless. 2006. "The Power of Habit". Duke University
Kahneman, Daniel.______ . “Thinking Fast and Slow”. http://vk.com/doc23267904_175119602. Diakses: 6 Juli 2015
Weinschenk, Susan. 2010. “47 Mind-Blowing Psychological Facts You Should Know About Yourself”. http://www.businessinsider.com/100-things-you-should-know-about-people-2010-11?IR=T&op=1. Diakses: 4 Januari 2016
No comments:
Post a Comment