Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat
Allah Swt yang telah memberikan taufik dan hidayah-NYA kepada penyusun,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta
salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para
sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selalu umatnya. Aamiin.
Makalah ini menyajikan
tentang pengertian bergaul menurut islam, serta adab dan tatacara dalam islam.
Selain itu Penyusun juga memaparkan dalam makalah ini hikmah atau manfaat
bergaul dalam islam
Seiring dengan berakhirnya
penyusunan makalah ini, sepantasnyalah penulis mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah turut membantu penyusun dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari masih banyaknya
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu peyusun berharap
adanya kritik dan saran yang membangun. Penyusun berharap kiranya makalah ini
dapat bermanfaat bagi penyusun maupun pembaca dan mudah-mudahan makalah ini
dijadikan ibadah di sisi Allah Swt. Aamiin.
Bandung,
3 November 2012
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................................... i
Daftar Isi......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah......................................................................................... 1
1.3
Tujuan Penulisan........................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................................
1.5
Sistematika Penulisan.................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Definisi Pergaulan......................................................................................... 3
2.2 Adab
Pergaulan dalam Islam........................................................................ 3
2.3 Manfaat Pergaulan....................................................................................... 6
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan................................................................................................... 8
3.2
Saran............................................................................................................. 8
Daftar
Pustaka................................................................................................................ 9
BAB
I
PENDAHULUAN
Sebagai
makhluk sosial, manusia tak bisa lepas dari yang namanya masyarakat. Begitu pula dengan remaja, ia memerlukan interaksi
dengan orang lain untuk mencapai kedewasaannya. Yang perlu dicermati adalah bagaimana
seorang remaja itu bergaul, dengan siapa, dan apa saja dampak pergaulannya itu
bagi dirinya, orang lain, dan lingkungannya. Untuk itu kita lihat terlebih
dahulu pengertian pergaulan. Pergaulan berasal dari kata gaul. Pergaulan itu
sendiri maksudnya kehidupan sehari-hari dalam persahabatan ataupun masyarakat.
Namun tidak demikian dikalangan kebanyakan remaja saat ini. Gaul menurut
dimensi remaja-remaja yang katanya modern itu adalah ikut dalam trend, mode,
dan hal lain yang behubungan dengan keglamoran hidup. Harus masuk kedalam
geng-geng, sering nongkrong dan berpergian diberbagai tempat seperti mall,
tempat wisata, game center dan lain-lain. Yang mana pada akhirnya, gaul dimensi
remaja akan menimbulkan budaya konsumtif.
Yang patut
disayangkan pula dari “gaul” kebanyakan remaja saat ini adalah standar nilainya
diambil dari tradisi budaya ataupun cara hidup masyarakat nonmuslim. Contoh,
baju yang dipakai itu modelnya harus sesuai dengan mode-mode yang berkembang di
dunia internasional saat ini. Dan bisa kita lihat pakaian-pakaian tersebut
jarang sekali ada yang cocok dengan kriteria pakaian yang pantas secara islam.
Solidaritas
dan kesetiakawanan sering dijadikan landasan untuk terjun kedunia hura-hura.
Dengan “setia kawan” itu pula kebanyakan remaja mulai merokok, minum minuman
keras, mengonsumsi narkoba, dan bahkan sex bebas. Kalau tidak ikut
kegiatan-kegiatan geng ataupun teman nongkrong bisa dianggap tidak “setia
kawan”. Paradigma seperti itulah yang menggerayangi pikiran sebagian remaja
masa kini. Sebenarnya dengan tindakan itu mereka telah merusak kemurnian makna
dari solidaritas dan kesetiakawanan itu sndiri.
Jika
ditinjau lebih dalam “gaul” tidak akan menimbulkan banyak dampak negatif jika
standar nilai yang dipakai untuk mendefinisikan gaul itu, standar nilai yang
sesuai dengan syariat islam dan juga budaya timur yang penuh dengan tata karma
dan kesopanan. Hanya saja, merubah sesuatu yang sudah mendarah daging
disebagian remaja saat ini tidaklah mudah. Semua itu memerlukan sinergi dari
semua pihak, baik orang tua, keluarga, pemuka masyarakat, pemerintah, dan yang
tak kalah pentingnya adalah peran kita sendiri sebagai remaja yang akan
menjalani kehidupan dalam bingkai kata “gaul” itu sendiri.
1.1
Rumusan
Masalah
Adapun
masalah yang akan dibahas dari tema yang diangkat berdasarkan bahan kajian yang
diperoleh diantaranya pengertian pergaulan dalam
menurut islam, adab atau tata cara bergaul dan hikmah bergaul dengan tatacara
islam.
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui
dan memahami pengertian pergaulan dalam islam
2.
Mengetahui,
memahami dan mengaplikasikan adab dan tata cara bergaul dalam islam
3.
Mengetahui
dan memahami hikmah bergaul dengan tata cara islam
1.4 Manfaat Penulisan
1. Untuk masyarakat dapat
mengetahui cara bergaul yang baik dalam syariat islam
2.
Untuk mahasiswa dapat dijadika sebagai ajang dalam belajar menulis,
menyusun laporan, dan melaporkan serta mempertanggungjawabkan hasilnya pada
khalayak umum dalam presentasi diskusi
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I Menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Menjelaskan
tentang landasan teori
BAB III Menjelaskan tentang metode penelitian mengenai waktu dan
tempat penelitian metode pengumpulan data analisa data dan desain penelitian.
BAB IV Menjelaskan hasil dan pembahasan penelitian.
BAB V Menjelaskan
kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pergaulan
Pergaulan adalah proses
interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, dapat juga oleh
individu dengan kelompok. Juga, pergaulan merupakan salah satu cara seseorang
untuk berinteraksi dengan alam sekitarnya. Pergaulan merupakan fitrah manusia
sebagai makhluk social yang tak mungkin bisa hidup sendirian. Manusia juga
memiliki sifat tolong-menolong dan saling membutuhkan satu sama lain. Interaksi
dengan sesame manusia juga menciptakan kemaslahatan besar bagi manusia itu
sendiri dan juga lingkungannya. Berorganisasi, bersekolah, dan bekerja
merupakan contoh-contoh aktivitas bermanfaat besar yang melibatkan pergaulan
antar manusia. Namun, pergaulan tanpa dibentengi iman yang kokoh akan mudah
membuat seorang muslim terjerumus. Kita lihat di zaman sekarang, banyak
kejadian yang dapat membuat kita mengelus dada. Pergaulan bebas, video mesum,
perkosaan, dan berbagai bentuk perilaku penyimpangan lainnya. Semua itu
bersumber dari pergaulan yang salah dan tidak dilandaskan pada
kepatuhanterhadap ajaran Al-Qur’an.
Oleh karenanya, adalah
suatu hal yang sangat penting mengetahui dan memahami pergaulan-pergaulan dalam
islam. Bagi sebagian orang yang tidak terbiasa dengan tata cara pergaulan dalam
islam, mereka akan merasa canggung atau barangkali malah merasa tertekan karena
pergaulan dalam islam itu terlihat begitu kaku dan tidak seperti pergaulan yang
umum ditemui di masyarakat.
Islam
adalah agama yang syamil (menyeluruh) dan mutakamil (sempurna).
Agama mulia ini
diturunkan dari Allah Sang Maha Pencipta, Yang Maha Mengetahui tentang seluk
beluk ciptaan-Nya. Dia turunkan ketetapan syariat agar manusia hidup tenteram
dan teratur. Diantara aturan yang ditetapkan Allah SWT bagi manusia adalah
aturan mengenai tata cara pergaulan antara pria dan wanita. Seperti ungkapan terdahulu
bahwa adanya tat cara pergaulan dalam islam itu sebenarnya bukan untuk
membatasi namun untuk menjaga harkat dan martabat manusia itu sendiri agar
tidak sama dengan tata cara dan tatanan para hewan dalam bergaul. Bila satu
tutunan itu diambil dengan kerendahan hati dan keinginan untuk berbakti kepada
ilahi, maka tak ada hal sulit untuk mengikuti tuntunan yang baik itu. Terkesan sulit karena melihatnya dari sisi nafsu dan kepentingan duniawi.
Bila memang belum mampu menjalankan tuntunan yang sebenarnya, jangan ditantang
tuntunan itu. Cukup campkan dalam hati bahwa diri akan selalu berusaha sekuat
tenaga mengikuti aturan yang sesungguhnya. Kalau menentang atau bahkan
menantang, itulah tanda kesombongan diri terhadap Sang Maha Kuasa.
2.2
Adab Pergaulan dalam Islam
Rasulullah. Beliau
adalah sosok yang menyenangkan. Wajahnya sumringah di hadapan
sahabat-sahabatnya. Beliau amat baik kepada keluarganya dan amat penyayang
kepada anak-anak. Nah, kita sendiri yang juga muslim ini bagaimana? Bisa tidak
seperti beliau?
a) Moral – Respek – Komunikatif
Menjadi
gaul yang islami insyaallah bisa kita lakukan dengan minimal tiga kunci, yaitu:
1)
Moral, artinya selalu berkomitmen kepada
aturan-aturan dan nilai-nilai Islam
2)
Respek, artinya menghargai orang lain
3)
Komunikatif, Pandai menjalin komunikasi.
b) Pergaulan Seorang Muslim dengan Non
Muslim
Dalam perkara-perkara
umum (sosial) kita tetap menjalin hubungan yang baik dengan non muslim
sekalipun. Contoh baik: Nabi berdiri ketika iring-iringan jenazah non muslim
melewati beliau.
c) Pergaulan Sesama Muslim
Sesama muslim adalah
bersaudara, seperti tubuh yang satu dan seperti satu bangunan yang kokoh dan
saling mendukung antar bagiannya.Pergaulan sesama muslim dibalut dengan ukhuwah
islamiyah. Ada banyak hak saudara kita atas diri kita, diantaranya sebagaimana
dalam hadits Nabi:
1)
Jika diberi salam hendaknya menjawab
2)
Jika ada yang bersin hendaknya kita doakan
3)
Jika diundang hendaknya menghadirinya
4)
Jika ada yang sakit hendaknya kita jenguk
5)
Jika ada yang meninggal hendaknya kita sholatkan dan
kita antar ke pemakamannya
6)
Jika dimintai nasihat hendaknya kita
memberikannya.Juga: tidak meng-ghibah
saudara kita, tidak memfitnahnya, tidak menyebarkan aibnya, berusaha membantu
dan meringankan bebannya, dan sebagainya.
Jika kamu mencintai
saudaramu, ungkapkan. Hadiah juga bisa menumbuhkan rasa cinta diantara kita.
Jangan mudah mengkafirkan sesama muslim kecuali jika ada sebab yang benar-benar
jelas dan jelas.
d) Pergaulan Antar Generasi
Yang tua menyayangi yang lebih muda. Yang muda menghormati yang lebih
tua.
e) Pergaulan dengan Orang yang
Dihormati
Hormatilah orang yang
dihormati oleh kaumnya. Bagi orang-orang yang biasa dihormati, jangan gila
hormat, penghormatan harus tetap dalam bingkai syariat Islam. Contoh
orang-orang yang bisa dihormati: tokoh masyarakat, pejabat atau penguasa,
orang-orang yang mengajari kita, dan sebagainya.
f) Pergaulan dengan Ortu dan Keluarga
Bersikap santun dan
lemah lembut kepada ibu dan bapak, terutama jika telah lanjut usianya. Terhadap
keluarga, hendaknya kita senantiasa saling mengingatkan untuk tetap taat kepada
ajaran Islam. Sebagaimana Nabi telah melakukannya kepada Ahlu Bait. Dan Allah
berfirman: Quu anfusakum wa ahliikum naara.
g) Pergaulan dengan Tetangga
Tetangga harus kita
hormati. Misalnya dengan tidak menzhalimi, menyakiti dan mengganggunya, dengan
membantunya, dengan meminjaminya sesuatu yang dibutuhkan, memberinya bagian
jika kita sedang masak-masak.
h) Pergaulan Antar Jenis
Sudah menjadi fithrah,
laki-laki tertarik kepada wanita dan demikian pula sebaliknya. Islam telah
mengatur bagaimana rasa tertarik dan rasa cinta diantara dua jenis manusia itu
dapat disalurkan. Bukan dengan pacaran dan pergaulan bebas. Tetapi dengan
ikatan yang kuat (mitsaq ghaalizh): pernikahan. Jadi, ada batasan-batasan
pergaulan antara laki-laki dan perempuan diluar pernikahan.
i)
Rambu-rambu
Islam tentang pergaulan
Islam adalah agama
yang syamil (menyeluruh) dan mutakamil (sempurna). Agama mulia ini diturunkan
dari Allah Sang Maha Pencipta, Yang Maha Mengetahui tentang seluk beluk
ciptaan-Nya. Dia turunkan ketetapan syariat
agar manusia hidup tenteram dan teratur.
Diantara aturan yang
ditetapkan Allah SWT bagi manusia adalah aturan mengenai tata cara pergaulan
antara pria dan wanita. Berikut rambu-rambu yang harus diperhatikan oleh setiap
muslim agar mereka terhindar dari perbuatan zina yang tercela:
Pertama, hendaknya
setiap muslim menjaga pandangan matanya dari melihat lawan jenis secara
berlebihan. Dengan kata lain hendaknya dihindarkan berpandangan mata secara
bebas. Perhatikanlah firman Allah berikut ini, “Katakanlah kepada laki-laki
yang beriman; hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya;
yang demikian itu adalah lebih baik bagi mereka…katakanlah kepada wanita-wanita
yang beriman; hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya…”
(QS. 24: 30-31).
Awal dorongan syahwat
adalah dengan melihat. Karena itu jagalah mata agar terhindar dari tipu daya
syaithan. Tentang hal ini Rasulullah bersabda, “Wahai Ali, janganlah engkau
iringkan satu pandangan (kepada wanita yang bukan mahram) dengan pandangan
lain, karena pandangan yang pertama itu (halal) bagimu, tetapi tidak yang
kedua!” (HR. Abu Daud).
Kedua, hendaknya
setiap muslim menjaga auratnya masing-masing dengan cara berbusana islami.
Secara khusus bagi wanita Allah SWT berfirman, “…dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak daripadanya. Dan hendaklah
mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya…” (QS. 24: 31).
Dalam ayat lain Allah
SWT berfirman, “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan anak-anak
perempuanmu dan juga kepada istri-istri orang mu’min: ‘Hendaklah mereka
mengulurkan jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya
mereka lebih mudah untuk dikenal, sehingga tidak diganggu. Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. 33: 59)
Dalam hal menjaga
aurat, Nabi menegaskan sebuah tata krama yang harus diperhatikan, beliau
bersabda: “Tidak dibolehkan laki-laki melihat aurat (kemaluan) laki-laki lain,
begitu juga perempuan tidak boleh melihat kemaluan perempuan lain. Dan tidak
boleh laki-laki berkumul dengan laki-laki lain dalam satu kain, begitu juga
seorang perempuan tidak boleh berkemul dengan sesama perempuan dalam satu
kain.” (HR. Muslim)
Ketiga, tidak berbuat
sesuatu yang dapat mendekatkan diri pada perbuatan zina (QS. 17: 32) misalnya
berkhalwat (berdua-duaan) dengan lawan jenis yang bukan mahram. Nabi bersabda,
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah berkhalwat
dengan seorang wanita (tanpa disertai mahramnya) karena sesungguhnya yang
ketiganya adalah syaithan (HR. Ahmad).
Keempat, menjauhi
pembicaraan atau cara berbicara yang bisa ‘membangkitkan selera’. Arahan
mengenai hal ini kita temukan dalam firman Allah, “Hai para istri Nabi, kamu
sekalian tidaklah seperti perempuan lain jika kamu bertaqwa. Maka janganlah
kamu tunduk dalam berbicara hingga berkeinginan orang yang ada penyakit dalam
hatinya. Dan ucapkanlah perkataan yang ma’ruf.” (QS. 33: 31) Berkaitan dengan
suara perempuan Ibnu Katsir menyatakan, “Perempuan dilarang berbicara dengan
laki-laki asing (non mahram) dengan ucapan lunak sebagaimana dia berbicara
dengan suaminya.” (Tafsir Ibnu Katsir, jilid 3)
Kelima, hindarilah
bersentuhan kulit dengan lawan jenis, termasuk berjabatan tangan sebagaimana
dicontohkan Nabi saw, “Sesungguhnya aku tidak berjabatan tangan dengan wanita.”
(HR. Malik, Tirmizi dan Nasa’i). Dalam keterangan lain disebutkan, “Tak pernah
tangan Rasulullah menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Bukhari dan
Muslim). Hal ini dilakukan Nabi tentu saja untuk memberikan teladan kepada
umatnya agar melakukan tindakan preventif sebagai upaya penjagaan hati dari
bisikan syaithan. Wallahu a’lam. Selain dua hadits di atas ada pernyataan Nabi
yang demikian tegas dalam hal ini, beliau bersabda: “Seseorang dari kamu lebih
baik ditikam kepalanya dengan jarum dari besi daripada menyentuh seorang wanita
yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani).
Keenam, hendaknya tidak melakukan
ikhtilat, yakni berbaur antara pria dengan wanita dalam satu tempat. Hal ini diungkapkan
Abu Asied, “Rasulullah saw pernah keluar dari masjid dan pada saat itu
bercampur baur laki-laki dan wanita di jalan, maka beliau berkata: “Mundurlah
kalian (kaum wanita), bukan untuk kalian bagian tengah jalan; bagian kalian
adalah pinggir jalan (HR. Abu Dawud). Selain itu Ibnu Umar berkata, “Rasulullah
melarang laki-laki berjalan diantara dua wanita.” (HR. Abu Daud).
2.2 Manfaat Pergaulan
Telah di jelaskan dalam sabdanya bahwa , Rasulullah bersabda, “Seseorang
itu menurut agama temannya, karena itu hendaknya seseorang diantara kalian
melihat dengan siapa dia bergaul.” ( HR.
Adu Dawud dan Tirmidzi dari abu Hurairah )
Karena itu tidak heran apabila seseorang
itu merupakann guru bagi orang lain di sekitarnya. Kepribadian seseorang
itu dapat menular atau tertular orang lain. Demikian halnya dalam etika,
pergaulan dan hubungannya dengan orang lain. Penularan itu disebabkan oleh
pengaruh kedekatan dan pengaruh cinta. Dia tidak berdiam diri kecuali dia
adalah sebuah duplikasi, yang mengulang-ngulang perkataannya, yang menampakkan
perilakunya dalam perbuatan-perbuatan nya yang tanpa disadari
Imam Ali RA berkata,
“bergaullah dengan orang yang bertakwa dan berilmu, niscaya kalian bisa
mengambil manfaatnya, karena bergaul dengan orang yang suka berbuat baik bisa
diharapkan (kebaikannya). Jauhilah kerusakan, sungguh jangan bergaul dengan
orang -orang yang rusak moralnya, karena bergaul dengan mereka akan menular
kepada Anda. Janganlah menjalin hubungan dengan orang yang hina (rendah
akhlaknya) karena itu akan menular kepadamu. Pilihlah temanmu. Adapun
manfaat bergaul, yaitu:
a)
Ajang
memastikan identitas diri
Anak bisa melihat apakah dirinya populer di
lingkungan teman-temannya atau tidak. Sebab, yang terlibat jalan bareng teman
adalah anak-anak yang sudah terpilih di dalam peer group-nya. Untuk
terpilih di dalam peer group biasanya harus memiliki persyaratan
tertentu. Jika anak terpilih berarti ia sudah diterima di lingkungan peer
group-nya dan ini bisa Membuat anak lebih percaya diri, ia pun akan lebih
memahami identitas dirinya.
b)
Meningkatkan kemampuan berinteraksi dan ikatan
pertemanan.
Banyak hal yang bisa dilakukan saat jalan bareng teman, mereka bisa tukar pikiran, sharing, saling membantu, saling mengingatkan, dan lainnya. Secara langsung hal ini akan meningkatkan kemampuan anak dalam berinteraksi sosial. Kegiatan ini pun akan meningkatkan kemampuan anak dalam ikatan pertemanannya.
Banyak hal yang bisa dilakukan saat jalan bareng teman, mereka bisa tukar pikiran, sharing, saling membantu, saling mengingatkan, dan lainnya. Secara langsung hal ini akan meningkatkan kemampuan anak dalam berinteraksi sosial. Kegiatan ini pun akan meningkatkan kemampuan anak dalam ikatan pertemanannya.
c)
Memenuhi
kebutuhan otonomi
Saat jalan bareng teman, anak bisa dan bebas menentukan sendiri apa yang ia mau. Hal ini membuatnya senang karena otonominya saat itu digunakan dengan lebih leluasa, bebas dari aturan yang mungkin menurutnya mengekang. Selama hal tersebut wajar, tidak masalah.
Saat jalan bareng teman, anak bisa dan bebas menentukan sendiri apa yang ia mau. Hal ini membuatnya senang karena otonominya saat itu digunakan dengan lebih leluasa, bebas dari aturan yang mungkin menurutnya mengekang. Selama hal tersebut wajar, tidak masalah.
d)
Memperkayapengalaman
Pengalaman
anak terhadap dunia luar akan meningkat. Misalnya, ketika menonton film di
bioskop, ia tahu banyak informasi yang di sajikan di film tersebut; ketika
makan di restoran, ia jadi tahu bahwa makanan di restoran berbeda dari masakan
di rumah; ketika bermain di game zone, ia tahu situasi dan kondisinya
yang begitu ramai dan riuh; ia juga bisa bertemu dengan berbagai karakter orang
beserta gaya dan model berbusananya; ia tahu apa saja yang sedang tren pada
saat itu, dan banyak lagi.
BAB
III
PENUTUP
2.3 Kesimpulan
Dari uraian di
atas jelaslah bagi kita bahwa pria dan wanita memang harus menjaga batasan
dalam pergaulan. Dengan begitu akan terhindarlah hal-hal yang tidak diharapkan.
Tapi nampaknya rambu-rambu pergaulan ini belum sepenuhnya difahami oleh
sebagian orang. Karena itu menjadi tanggung jawab kita menasehati mereka dengan
baik. Tentu saja ini harus kita awali dari diri kita masing-masing. Semoga
Allah senantiasa membimbing kita dan menjauhkannya dari perbuatan tercela dan
perbuatan yang tidak terpuji. Amin.
2.4 Saran
Pergaulan dan
persahabatan yang baik tidak sampai putus karena permasalahan yang tidak prinsip dan sepele atau
karena informasi negatif yang belum jelas kebenarannya terhadap sahabat kita.
Sebab sebagai sahabat sesama muslim mempunyai kewajiban terhadap saudaranya
untuk saling tolong menolong. Allah SWT berfirman : “Dan tolong menolonglah
kamu dalam kebajikan dan takwa dan jangan saling menolong dalam perbuatan dosa
dan permusuhan”. (Q.S. Al-Maidah : 2). Wallahu A’lam.
DAFTAR
PUSTAKA
4 comments:
TRMKSH INFONYA SNGT BRMNFAAT.
Sebagai seorang muslim dan muslimah, sepatutnya kita melakukan dan memiliki akhlak yang terpuji untuk mendapat ridho-Nya, termasuk dalam hal bergaul,baik sesama jenis ataupun berlawanan jenis (bukan mahram) agar kita tidak terpengaruh oleh godaan syaitan, yang akan mengusik ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Karena sesungguhnya, hanya orang-orang yang berakhlak mulia yang akan diterima disisi-Nya.
Pentingnya memahami arti pergaulan dalam pandangan Agama Islam agar muslim dan muslimah faham dalam cara bergaul sesungguhnya sesuai ajaran agama,agar dapat mengontrol dan mengendalikan diri dalam pergaulan,terutama pergaulan remaja masa kini.
pergaulan secara sehat dan tidak terlepas dengan ajaran islam dapat menghindari muslim dan muslimah dari perbuatan yang membawa kita kejalan yang tidak benar atau dosa.
dengan banyak belajar dan memahami akidah-akidah dalam pergaulan Insya Allah muslim dan muslimah dapat membedakan mana pergaulan yang pantas dan tidak pantas,pergaulan yang benar dan sesuai akidah islam dapat pula mempererat silaturrahmi antar sesama.
Pentingnya muslim dan muslimah faham akan arti pergaulan secara islam dan tidak terlepas dari kaidah-kaidah yang berlaku karena pada zaman ini pergaulan sering disalah artikan bagi para muslim dan muslimah. Pergaulan yang mengikuti trend modern terkadang dapat membawa pengaruh buruk,salah satu diantaranya pergaulan yang membawa makna solidaritas pertemanan,yang bahkan dapat menjerumuskan kejalan yang salah yaitu narkoba dsb. Penting nya juga dalam memilih teman bergaul karena cendrung teman dapat membawa kita kepengaruh yang baik maupun buruk,tidak menutup kemungkinan kita untuk memilih-milih teman,tetapi sebaik-baiknya memilih dan memilah-milah cara bergaul antar sesama.
Pergaulan secara sehat dan selalu berfikir positif dapat menciptakan pergaulan antar sesama muslim dan muslimah dengan baik dan dapat mejauhkan diri dari perbuatan yang melanggar atau dosa. Pergaulan dapat juga mempererat tali silaturrahmi antar sesama.
Post a Comment