Karangan ini milik teman saya
Tema
: Ketegaran
Cinta Yang Terpisah
oleh Ruang
Suatu malam yang cerah, terlihat dua
insan yang sedang bercengkrama di bawah sinar rembulan. “Malam ini indah
banget, ya” ucapku kepada Rama yang
sedang duduk di sebelahku. Namun Rama hanya terdiam dan sesekali dia tersenyum
membalas ucapanku. Tiba-tiba Rama berkata “malam indah
ini gak akan selamanya ada, dan aku gak akan pernah bisa melihat malam seperti
ini lagi !”
. Aku marah karena ucapannya. Selama beberapa hari ini sikapnya
sangat aneh. “Maksud kamu apa ngomong kayak gitu ?” tanyaku. Rama tidak
menjawab tetapi dia menangis yang membuat aku semakin tidak mengerti apa yang
dia rasakan saat ini. “Maafkan aku atas semuanya !” jelas Rama. Semakin dia
bicara semakin membuat aku marah.
Keesokan harinya aku pergi ke
sekolah seperti biasa. Namun terlihat wajah sedih dibalik senyumanku. “Jelek
banget seh mukamu hari ini !” tegur Erni, salah seorang sahabatku. Aku diam
tidak menghiraukan ucapannya. Bel pun berbunyi tanda waktunya pulang. Pada hari
itu aku meminta Rama untuk menjemputku. Dan seperti biasa, dia mau. Tapi entah
mengapa perasaanku sangat tidak enak. Lama aku menunggu kedatangan dia, namun
dia tak juga datang. Apa yang terjadi dengannya ? Tiba-tiba handphone ku
berbunyi yang ternyata telepon dari saudaraku. “Cepat kamu ke rumah sakit
sekarang, karena Rama baru saja kecelakaan”.
Semenjak kata-kata itu terdengar, aku
hanya bisa diam tanpa memikirkan apapun. Sampai aku melihat orang yang aku
sayang tertidur dengan penuh luka. Aku menunggu dia tepat di sampingnya. Tanpa
menangis tanpa tertawa, aku memandang dia. Berharap keajaiban datang. “please,
kamu bangun buat aku, buat orang tua kamu dan buat semuanya yang sayang sama
kamu,”kataku. Namun dia tak juga bangun dan tepat saat adzan maghrib berkumandang,
Dia menghembuskan nafas terakhir dihadapanku.
1 bulan setelah kepergian dia, aku
masih belum tersadar. Berulang kali aku mencoba untuk mengakhiri hidupku, dari
mulai menyiksa diriku tanpa makan, mencoba untuk gantung diri hingga
menabrakkan diriku kearah kereta api yang akan melintas.Namun usahaku selalu
gagal. “Ini semua salahku !”ujarku dalam hati.
Aku dan dia berpacaran selama lebih
dari 3 tahun, dan pada saat itu aku bepikir untuk apa aku hidup tanpa dia.
“Sing eling, sing sabar, Nduk. Menyiksa diri ga akan mengembalikan dia,”ucap
Ibuku yang terus meneteskan air mata tanpa henti. “Masa depanmu masih panjang,
sobat.” ucap Erni sambil memelukku. Aku sadar dia pergi untuk selamanya, dan
menangisinya berarti aku sudah membuat dia tidak tenang di surga.
Kehilangan kekasih untuk selamanya
telah membuat jiwaku setengah mati, bagaimana jika kedua orang tuaku yang pergi
?? Tak bisa ku bayangkan hidupku nanti.Aku mengerti kehidupan tidak akan kekal
abadi selamanya. Ada saatnya semua makhluk akan mati termasuk aku. Pengalaman
yang mengerikan ini telah membuat aku banyak belajar dari semua kesalahanku di
masa lalu.
Pesan : semua makhluk akan
mengalami kematian tapi kita tidak tahu kapan waktunya. Dan jika kita lebih
didahului oleh orang-orang dekat kita, maka kita harus bisa mengikhlaskan. Sebisa
mungkin sedikit air mata yang kita buang untuk dia. Karena air mata kita yang
masih hidup hanya akan menjadi api untuknya. Perbanyaklah bekal untuk hidup
kita nanti, karena bisa saja kita meninggalkan dunia hari ini, besok, lusa atau
entah kapan.
No comments:
Post a Comment