Sunday, November 18, 2012

Naskah Drama Cabai Merah, Cabai Hijau dan Hermules


CABAI MERAH, CABAI HIJAU DAN HERMULES
Tokoh  :
v  Cabai Merah   : Wulan Suciani
v  Cabai Hijau     : Angga Seviana
v  Hermules        : Natakusumah W.
v  Ibu Rawit         : Geastarara
v  Pengawal        : Rengga F.
v  Nenek Peri      : Risqa Annahlisa NP.

Di sebuah desa yang jauh dari kota, tinggal seorang janda bernama Rawit, bersama seorang putrinya yang masih berusia 3 bulan bernama cabai merah.
Pada suatu hari ibu Rawit pergi keluar untuk mencari makanan, setelah mendapat makanan ibu Rawit pulang melalui tepi sungai. Tiba-tiba.....

Ibu Rawit         : (Terkejut mendengar suara tangisan bayi). “suara apa itu ? seperti  tangisan       bayi? Sepertinya suaranya dari arah sana ? Ya Tuhan, bayi siapa ini ? Cantik sekali. Sebaiknya dia ku bawa pulang, dan ku angkat dia sebagai anakku, menjadi kakak cabai merah, serta akan ku beri nama dia Cabai Hijau.”
0 tahun kemudian, cabai merah dan cabai hijau tumbuh dewasa, rupanya cantik jelita. Namun, mereka mempunyai sifat yang bertolak belakang.
Di ruang makan....
Cabai Merah   : “Aduh, capek sekali. Ehm...ibu sudah masak belum ya ?”
Cabai Hijau     : “Sepertinya sudah. Lebih baik kita lihat saja di meja makan sudah ada makanan atau belum.”
Cabai Merah   : “itu makanan kesukaanku” (sambil mengambil mie).
Cabai Hijau     : “aku mau itu” (sambil merebut mie dari tangan cabai merah).
Cabai Merah   : “oh...tidak bisa ! ibu pasti membuatkan khusus untukku bukan untuk mu karena ini makanan kesukaanku.”
Cabai Hijau     : “Tapi aku lapar.”
Cabai Merah   : “Tidak bisa, ini untukku !”
Ibu Rawit         “ada apa ini ?”
Cabai Hijau     : “ini bu, merah tidak mau membagi makanannya dengan ku.”
Cabai Merah   : “Tapi bu, pasti ibu khusus buatkan untukku.”
Ibu Rawit         : “Sudah-sudah....cabai hijau lebih baik kamu mengalah saja pada adikmu, ayo...kita ke dapur membuat makanan yang baru.”
Setelah cabai merah menghabiskan makanannya...
Cabai Merah   : “ibu, aku mau bermain. Cabai hijau kamu mau ikut tidak ?”
Cabai Hijau     : “tidak, aku mau membantu ibu menyapu halaman dahulu.”
Ibu Rawit         : “kau anak yang baik, cabai hijau. Kamu lebih senang membantu ibu di rumah dari pada bermain dengan adik mu” (sambil membelai kepala cabai hijau).
Di hutan, terlihat Hermules dan pengawalnya.
Hermules        : “hari ini kita harus mendapatkna hewan buruan.”
Pengawal        : “benar bos, aku sudah sangat lapar.”
Hermules        : “pengawal lihat ! ada rusa disana, kali ini kitad boleh gagal lagi.” (pada saat ingin memanah) “aduh....aduh...perut ku...” (sambil memegang perutnya).
Pengawal        : “kenapa bos ? mulas lagi ?”
Hermules        : “iya, bagaimana ini ? apakah ada toilet umum di hutan ini ?”
Pengawal        : “aku tidak tahu bos”
Terlihat cabai merah....
Pengawal        : “bos lihat ! ada seorang wanita disana. Kita tanyakan saja pada dia”
Hermules        : “oh....baiklah.”
Lalu mereka pun menghampiri wanita itu....
Pengawal        : “hei, tunggu...”
Cabai merah   : “siapa yang memanggil ku itu ?”
Pengawal        : “perkenalkan wahai gadis, aku pengawal dan ini bos ku, hermules. Bolehkah kami meminta bantuan ?”
Cabai Merah   : “wah...tampan sekali pemuda ini.” (melihat ke hermules)
Pengawal        : “hey, apakah kau mendengarkan ku ?”
Cabai Merah   : “oh iya, ada apa ?”
Hermules        : “maaf, sebelumya boleh kah kami mengetahui nama anda ?”
Cabai Merah   : “tentu, perkenalkan aku cabai merah “ (sambil berjabat tangan)
Hermules        : “cabai merah ? hmm...nama yang cantik seperti rupanya.”
Cabai Merah   : “oh...terima ksih.”
Pengawal        : “bos bagaimana, mengapa jadi memuji dia ? katanya mau minta tolong ?”
Hermules        : “oh iya lupa, hehe...baiklah, lekas kau tanyakan !”
Pengawal        : “cabai merah, apakah ada toilet umum di hutan ini ?”
Cabai Merah   : “haha....mana ada toilet umum di hutan  ini. Kau pikir ini kota ? hmm....memangnya ada apa ?”
Pengawal        : “ini bos ku penyakit mulasnya kambuh lagi. “
Cabai Merah   : “hmm...bagaimana jika di rumah ku saja ? tidak jauh dari sini.”
Hermules        : “baiklah...mari aku sudah tidak tahan lagi.”
Mereka pun berjalan menuju rumah cabai merah. Setibanya di rumah, cabai merah langsung mempersilahkan Hermules dan pengawal untuk ke toilet belakang rumahnya.
Ibu Rawit         : “siapa yang kamu bawa tadi cabai merah ?”
Cabai Merah   : “Dia pemuda dari kota yang sedang berburu di hutan, Bu.”
Ibu Rawit         : “lalu untuk apa dia kemari ?”
Cabai Merah   : “Dia ingin pergi ke toilet, Bu.”
Ibu Rawit         : “oh...lalu dimana kamu bisa bertemu dengan mereka ?”
Cabai Rawit     : “di hutan, saat itu aku sedang berjalan-jalan. Oh iya bu...sepertinya pemuda itu menyukai ku.”
Ibu Rawit         : “oh ya ? bagaimana kamu bisa befikiran seperti itu ? kamu tahu dari mana ?”
Cabai Merah   : “sewaktu di hutan dia bilang, nama ku cantik seperti rupa ku.”
Ibu Rawit         : “oh, ibu mengerti. Rupanya kau juga menyukainya  ya ?”
Cabai Merah   : (tersenyum)
Ibu Rawit         : “sepertinya pemuda itu kaya raya, kamu harus bisa mendapatkan dia.”
Cabai Merah   : “pasti.”
Setelah ibu rawit dan cabai merah selesai berbicara, hermules keluar dari toilet dan menuju ke ruang tamu dengan pengawalnya. Setibanya di ruang tamu....
Pengawal        : “bagaimana bos ? sudah lega ?”
Hermules        : “kau ini membuatku malu saja.”
Pengawal        : “hehe...maaf bos.”
Hermules        : “ku pecat kau baru tahu rasa”
Pengawal        : “ wah jangan bos”
Hermules merasa malu karena di perhatikan ibu Rawit dan Cabai Merah.
Hermules        : “hehe...maaf cabai merah dan ibu. Pengawal ku memang seperti ini.” (sambil menggaruk kepala).
Ibu Rawit         : (tersenyum) “tidak apa-apa, mari silahkan duduk”
Hermules dan pengawal         : “terima kasih”
Ibu Rawit         : “ cabai merah, sekarang kau ke dapur. Buatkan minum untuk hermules dan pengawal.”
Cabai Merah   : “baik bu.”
Tidak lama ibu rawit dan cabai merah meninggalkan mereka, terlihat lah cabai hijau di pekarangan rumah.
Hermules        : “hey pengawal, lihat ada seorang gadis disana.”
Pengawal        : “iya bos. Kurasa dia saudara cabai merah.”
Hermules        : “mari kita menghampirinya.”
Setelah berhadapan dengan cabai hijau.
Hermules        : “ehm...”
Cabai Hijau     : “ siapa kalian ?”
Hermules        : “aku hermules, dan ini pengawal ku, kami teman baru cabai merah”.
Cabai Hijau     : “ouh...kalian teman cabai merah ? Dia adikku.”
Pengawal        : “siapa namamu ?”
Cabai Hijau     : “Aku cabai hijau.”
Hermules        : “kau cantik sekali.”
Cabai Hijau     : (tersenyum)
Cabai merah telah selesai membuatkan teh untuk hermules, ia hendak memberikannya namun tidak di sangka ternyata yang dia lihat hermules sedang bersama cabai hijau.
Cabai Merah   : “ibu....”
Ibu Rawit         : “Ada apa cabai merah ?”
Cabai Merah   : “lihat bu, hermules sedang bersama hijau, sepertinya hijau telah merayunya. Bagaimana bu ?”
Ibu Rawit         : “sudah tenang saja” (lalu ibu memanggil cabai hijau). “cabai hijau...?”
Cabai Hijau     : “ya bu....aku tinggal dahulu ya.”
Ibu Rawit         : “sudah cepat kau hampiri hermules.”
Cabai Merah   : “terima kasih bu.”
Setelah berhadapan dengan hermules.....
Cabai Merah   : “ini minumnya.”
Hermules        : “terima kasih, cabai merah aku harus segera pulang, sudah sore.”
Cabai Merah   : “oh...baiklah, besok kemari lagi ya.”
Hermules        : “tentu...mana ibu dan kakak mu ?”
Cabai Merah   : “mereka sedang di dalam.”
Hermules        : “oh ya sudah, aku pulang ya, salam untuk mereka.”
Cabai Merah   : “iya....” (sambil melambaikan tangan)
Cabai Hijau     : “ada apa bu ?”
Ibu Rawit         : “ibu ingin daging ayam, lekas kau carikan di pasar!” (sambil memberikan uang kepada cabai hijau).
Cabai Hijau     : “baik bu.”
Setelah sendiri....
Ibu Rawit         : “biarpun perangai cabai hijau lebih bagus dari pada cabai merah, tapi tetap saja cabai hijau adalah anak angkat ku, aku tidak ingin cabai hijau mendapatkan jodoh yang lebih kaya dari cabai merah, bisa-bisa dia melupakan jasaku yang telah merawatnya.”
Tiba-tiba cabai merah datang....
Cabai Merah   : “apa bu?” cabai hijau bukan anak kandung ibu ? lalu dia siapa bu ?”
Ibu Rawit         : “cabai merah ? ehm...”
Cabai Merah   : “Ibu, cabai hijau itu siapa?”
Ibu Rawit         : “dahulu dia hanya seorang bayi yang ibu temukan di tepi sungai.”
Cabai Merah   : “kalau begitu dia bukan saudaraku, aku tidak akan menyerahkan hermules padanya.”
Cabai hijau pun datang memberikan daging ayam pesanan ibu....
Cabai Merah   : “eh denger ya, hermules milikku, jangan pernah lagi-lagi kamu mendekatinya.”
Cabai Hijau     : “tapi, hermules bilang kalau kalian hanya berteman.”
Ibu Rawit         : “cabai hijau !! kamu ini punya telinga tidak ?! Cabai merah bilang hermules milik dia, sudah jangan membantah.”
Cabai hijau pun pergi. Di rumah hermules...
Hermules        : “aku lelah, sebaiknya aku beristirahat, besok aku akan ke rumah cabai hijau lagi.”
Saat ingin tidur tiba-tiba hermules merasa mulas lagi...


No comments:

Sebarkan untuk dunia yang lebih baik