“Dikasih tau tuh susah”, “Padahal Cuma disuruh gitu aja gamau”, “kenapa kamu tidak mau mengikuti perintah saya?”
Sumber gambar: http://media.viva.co.id |
Pernah kita
menginginkan sesuatu dan kemudian meminta orang lain membantu kita untuk
mendapatkan hal yang kita inginkan? Bagaimana reaksi mereka? Menolak atau ikut
membantu? Dan bagaimana jika itu terjadi didalam kelompok seperti halnya
organisasi?
Yosi :
“Dek, Beliin martabak dong!, nih uangnya”
Fauri :
“Nggk mau ah, jauh” (lagi main gadget)
Yosi :
“ih, buruan..!, lagi pengen nih. Nanti kamu dikasih juga deh”
Fauri :
“Nggk mau, tanggung nih”
Yosi : “yaudah make motor kakak tuh, supaya gampang”
Fauri : “bentar lagi rame nih gamenya..”
Yosi : “yaudah make motor kakak tuh, supaya gampang”
Fauri : “bentar lagi rame nih gamenya..”
Yosi :
“lagi main apa si?”
Fauri :
“nih liat tuh bentar lagi menang” (ditunjukkan game kepada yosi)
menyadari battery gadget fauri yang
akan habis, yosipun memasang charger hp dirinya di stop contact satu-satunya
diruangan itu.
Fauri :
WAHH Low bat..!! kak mau ngecas nih nanti keburu mati, gantian dong!”
Yosi :
“nggk mau, sok beliin martabak dulu, baru nanti dikasih ngechas.”
Fauri :”tuhhh
yaa…”
Yosi :”yaudah
kakak nelpon hp kamu supaya cepet mati hpnya!”
fauri :”yaudah iya, iya nanti uri beliin”
fauri :”yaudah iya, iya nanti uri beliin”
Yosi :”hahaha,
coba aja kalo dari tadi. Sok kamu berangkat nanti hpnya kakak charge”
Sudah dapat,,
cara yosi menyuruh adiknya untuk membeli martabak??
yosi menggunakan 4 cara logis untuk menyuruh
adiknya membeli martabak, Yaitu:
pertama,
yosi memberikan reward jika adiknya membeli martabak untuknya yaitu mendapatkan
jatah sebagian martabaknya.
Kedua, yosi
menurunkan tingkat kesulitan adiknya untuk melakukan apa yang ia suruh dengan
meminkamkannya sepeda motor.
Ketiga, yosi
menyadari fauri akan membutuhkan sesuatu yaitu stop contact untuk me-charge
gadgetnya.
Dan ke
empat, yosi memberikan tekanan kepada fauri dengan cara mempercepat masa habis
batterynya.
Ya, dengan
semakin tingginya reward yang akan dia dapatkan, tingkat kesulitan yang
rendah, berkurangnya kenyaman pada dirinya, dan tekanan yang tinggi maka sangat
besar kemungkinan orang tersebut setuju melakukan apa yang diinginkan.
Cara ini
merupakan cara objektif yaitu tidak sampai memandang orangnya, apakah orang
tersebut memiliki jabatan tinggi, berpendidikan tinggi, atau postur dan
penampilan yang menarik.
Untuk
memudah kan , pehatikan gambar dibawah ini.
Pada kotak
1. Cobalah untuk memberikan penghargaan yang tinggi. Bisa berupa pujian, uang,
hadiah, atau bahkan pelayanan jasa. Kita bisa saja menyuruh adik kita untuk
membelikan makanan diwarung sebelah rumah dengan memberinya imbalan Rp. 2.000,
namun hal tersebut tidak akan berlaku jika menyuruhnya membeli melewati
beberapa kecamatan. Naikkan rewardnya untuk membuat daya tarik yang besar.
Pada kotak
2. Jika kita tidak memiliki cukup reward yang dapat diberikan kepada seseorang,
kita dapat memfasilitasinya untuk melakukan hal yang kita inginkan. Bisa jadi
sepeda motor, sandal, pakaian anti hujan, atau ballpoint dan buku, lampu
belajar, meja untuk memudahkannya belajar.
Pada
kotak 3, menurut penulis merupakan cara
yang sebaiknya tidak dilakukan. Karena, orang tersebut dibuat tidak nyaman
seperti pada contoh diatas. Nyaman terjadi ketika kita dalam keadaan merasa
tidak membutuhkan apapun. Kita bisa saja merusak atau mematikan AC, kemudian
orang tersebut merasa kepanasan dan keluar dari ruangan itu. penulis lebih suka
menyebutnya licik. Pada kotak ini bersifat “mengurangi”.P
ada kotak
4, bersifat “menambahkan”. Memberikan tekanan dengan cara memintanya terus
menerus dapat membuat orang mengikuti keinginan peminta, namun juga dapat
membuatnya berontak. Anak kecil sering melakukan ini ketika meminta sesuatu
kepada orang tuanya, orang tua yang melihatnya secara objektif dia akan
berfikir “saya dapet apa dari dia?”, “saya lagi capek, nggk ngerti apa ortunya
abis pulang kerja?” dan efeknya lanjutnya adalah memarahi anaknya.
Cobalah
melihat sisi subjektif seperti “dia adalah anakku, umurnya masih kecil sehingga
logikanya belum sampai, dia belajar dari apa yang ada disekelilingnya, dia
tertarik sesuatu dan dia berusaha untuk memilikinya, dia tertarik oleh mainan
itu karena aku yang membawanya pada mainan itu, aku harus coba membuatnya
tertarik dari apa yang ada dalam diriku”. Penulis merasa tidak semudah itu
untuk menyadari hal tersebut, tetapi yang jelas kita tidak memarahi anak kita.
Cara diatas
merupakan cara yang disampaikan Eliyahu
M. Goldratt dalam bukunya yang berjudul Isn’t Obvious?. Bagaimanpun
setiap orang memilki motivasi berbeda untuk mengikuti perintah oranglain.
Beberapa
orang tidak ingin bekerja jika tidak diberi gaji walaupun resiko kecelakasn
kerja tinggi,
Beberapa
orang tidak ingin bekerja walaupun dengan gaji yang besar karena keselamatannya
sangat terancam jika dia bekerja ditempat itu,
dan beberapa orang tidak ingin bekerja walapun
akan diberi gaji dan jaminan kesehatan karena, sudah nyaman dan terjamin aman
sampai cucu cucunya di tempatnya.
Dan
kebutuhan setiap manusia berbeda sesuai dengan pencapaian hirarki seperti yang digambarkan
oleh Abraham Maslow.
Sebaiknya tidak mudah mengatakan “mengapa kalian
tidak mengerti?!”, atau “mengapa kalian susah diatur?!” cobalah untuk
mengetahui motif mereka. Penulis sangat bersyukur jika post ini bermanfaat.
Jika dirasa bermanfaat dan menarik, sebarkan kepada orang-orang yang kamu
cintai untuk terus belajar memahami hidup lebih baik.
Opini terkait dengan "Logika Susah Nurut"
>> Bagaiman Judi Bekerja Terhadap Manusia
Tingkatkan kualitas hidupmu dengan mengetahui opini lebih banyak disini.
Opini terkait dengan "Logika Susah Nurut"
>> Bagaiman Judi Bekerja Terhadap Manusia
Tingkatkan kualitas hidupmu dengan mengetahui opini lebih banyak disini.
Referensi:
Goldratt,
Eliyahu M. 2009. “Isn’t Obvious?”. The North River Press
The world with theory of constraints. 2010. "Overcoming Resistance to Change - Isn't It Obvious?". https://www.youtube.com/watch?v=hcz1aZ60k7
No comments:
Post a Comment